a.
Deskripsi Masalah
Mengembala kambing bukanlah
profesi yang hina. Keyakinan inilah yang dimiliki saudara Bruden untuk
mengambil profesi tersebut. Pengembalaannya tidak dilakukan ditegal-tegal atau
dipegunungan, tetapi sampai kepada pemakaman segala dan kadang kala pemakaman yang
dijadikan untuk mengembala berupa kuburan para wali dan orang-orang
shaleh. Bruden tidak memperdulikan itu,
yang dia pedulikan adalah bagaimana cara kambingnya bisa pulang dengan perut
yang berisi.
b.
Pertanyaan:
Bagaimana sebenarnya hukum
mengembala kambing ke pekuburan ?
c. Jawaban:
Memasukkan binatang ke pekuburan
jika tidak khawatir mengotori maka hukumnya sangat makruh, jika khawatir
seperti itu maka hukumnya haram, bahkan
sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Bughiyah hukum tersebut lebih parah
dari pada hukum menginjak yang dilakukan oleh manusia. Apalagi jika di area
kuburan yang terkenal kewaliannya. Lebih lanjut dalam kitab Bughiyah
dijelaskan, orang yang melihat hewan mau kencing di atas kuburan maka wajib
bagi dia menghalanginya, sebab mayat juga merasa tersakiti sebagaimana yang di
rasakan orang yang masih hidup.
d.
Rujukan:
(مَسْأَلَةٌ : ش)
: إِدْخَالُ الدَّوَابِّ التُّرْبَةَ وَإِيْطَاؤُهَا الْقُبُوْرَ مَكْرُوْهٌ كَرَاهَةً
شَدِيْدَةً أَشَدُّ مِنْ وَطْءِ الْآدَمِيِّ بِنَفْسِهِ ، وَقَدْ قَالَ غَيْرُ وَاحِدٌ
بِحُرْمَةِ الْجُلُوْسِ عَلىَ الْقَبْرِ لِحَدِيْثِ مُسْلِمٍ ، لَكِنْ حَمَلَهُ الْجُمْهُوْرُ
عَلىَ الْجُلُوْسِ لِقَضَاءِ الْحَاجَةِ ، وَلَا شَكَّ أَنَّ مَنْ رَأَى دَابَّةٌ تَبُوْلُ
عَلَى قَبْرٍ يَجْبُ عَلَيْهِ زَجْرُهَا وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ مُكَلّّفَةٍ فَهُوَ
الْمُكَلَّفُ ، وَتَشْتَدُّ الْكَرَاهَةُ فِيْ قَبْرٍ مَشْهُوْرٍ بِالْوِلَايَةِ أَوِ
الْعِلْمِ ، فَكَيْفَ بِالْمَشْهُوْرِ بِهِمَا كَسَيَّدِيْ إِسْمَاعِيْلَ الْحَضْرَمِيِّ
، بَلْ يُخَافُ عَلىَ فَاعِلِ ذَلِكَ أَنْ يَكُوْنَ مِنْ مُعَادِيْهِمْ الْمَأْذُوْنِ
بِالْحَرْبِ فِيْ الْحَدِيْثِ الْقُدْسِيِّ ، لِأَنَّ الْمَيِّتَ يِتَأَذَّى مِمَّا
يَتَأَذَّى مِنْهُ الْحَيُّ ، وَأَمَّا جَعْلُ الْعَجُوْرِ يَعْنِيْ عَلَفَ الْمَوَاشِيْ
وَالطَّعَامِ فِيْ الْمَقْبَرَةِ وَشُغْلُ شَيْءٍ مِنْهَا فَحَرَامٌ مُطْلَقاً إِذْ
هِيَ مَوْقُوْفَةٌ لِلدَّفْنِ ، فَتَجِبُ عَلىَ فَاعِلِ ذَلِكَ أُجْرَةُ الْمَحَلِّ
الَّذِيْ شَغَلَهُ مِنْ أَرْضِهَا قِيَاساً عَلَى إِشْغَالِ بُقْعَةٍ مِنَ الْمَسْجِدِ
، نَعَمْ إِنْ كَانَتْ مِلْكاً اِسْتَأْذَنَ مَالِكَهَا. (بغية المسترشدين، صـ 49)