Selasa, 21 April 2015

Filled Under:

MENGEMBALA DI AREA MAKAM


a.      Deskripsi Masalah
Mengembala kambing bukanlah profesi yang hina. Keyakinan inilah yang dimiliki saudara Bruden untuk mengambil profesi tersebut. Pengembalaannya tidak dilakukan ditegal-tegal atau dipegunungan, tetapi sampai kepada pemakaman segala dan kadang kala pemakaman yang dijadikan untuk mengembala berupa kuburan para wali dan orang-orang shaleh.  Bruden tidak memperdulikan itu, yang dia pedulikan adalah bagaimana cara kambingnya bisa pulang dengan perut yang berisi.
b.      Pertanyaan:
Bagaimana sebenarnya hukum mengembala kambing ke pekuburan ?
c.      Jawaban:
Memasukkan binatang ke pekuburan jika tidak khawatir mengotori maka hukumnya sangat makruh, jika khawatir seperti itu maka hukumnya haram, bahkan  sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Bughiyah hukum tersebut lebih parah dari pada hukum menginjak yang dilakukan oleh manusia. Apalagi jika di area kuburan yang terkenal kewaliannya. Lebih lanjut dalam kitab Bughiyah dijelaskan, orang yang melihat hewan mau kencing di atas kuburan maka wajib bagi dia menghalanginya, sebab mayat juga merasa tersakiti sebagaimana yang di rasakan orang yang masih hidup.
d.      Rujukan:

 (مَسْأَلَةٌ : ش) : إِدْخَالُ الدَّوَابِّ التُّرْبَةَ وَإِيْطَاؤُهَا الْقُبُوْرَ مَكْرُوْهٌ كَرَاهَةً شَدِيْدَةً أَشَدُّ مِنْ وَطْءِ الْآدَمِيِّ بِنَفْسِهِ ، وَقَدْ قَالَ غَيْرُ وَاحِدٌ بِحُرْمَةِ الْجُلُوْسِ عَلىَ الْقَبْرِ لِحَدِيْثِ مُسْلِمٍ ، لَكِنْ حَمَلَهُ الْجُمْهُوْرُ عَلىَ الْجُلُوْسِ لِقَضَاءِ الْحَاجَةِ ، وَلَا شَكَّ أَنَّ مَنْ رَأَى دَابَّةٌ تَبُوْلُ عَلَى قَبْرٍ يَجْبُ عَلَيْهِ زَجْرُهَا وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ مُكَلّّفَةٍ فَهُوَ الْمُكَلَّفُ ، وَتَشْتَدُّ الْكَرَاهَةُ فِيْ قَبْرٍ مَشْهُوْرٍ بِالْوِلَايَةِ أَوِ الْعِلْمِ ، فَكَيْفَ بِالْمَشْهُوْرِ بِهِمَا كَسَيَّدِيْ إِسْمَاعِيْلَ الْحَضْرَمِيِّ ، بَلْ يُخَافُ عَلىَ فَاعِلِ ذَلِكَ أَنْ يَكُوْنَ مِنْ مُعَادِيْهِمْ الْمَأْذُوْنِ بِالْحَرْبِ فِيْ الْحَدِيْثِ الْقُدْسِيِّ ، لِأَنَّ الْمَيِّتَ يِتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ الْحَيُّ ، وَأَمَّا جَعْلُ الْعَجُوْرِ يَعْنِيْ عَلَفَ الْمَوَاشِيْ وَالطَّعَامِ فِيْ الْمَقْبَرَةِ وَشُغْلُ شَيْءٍ مِنْهَا فَحَرَامٌ مُطْلَقاً إِذْ هِيَ مَوْقُوْفَةٌ لِلدَّفْنِ ، فَتَجِبُ عَلىَ فَاعِلِ ذَلِكَ أُجْرَةُ الْمَحَلِّ الَّذِيْ شَغَلَهُ مِنْ أَرْضِهَا قِيَاساً عَلَى إِشْغَالِ بُقْعَةٍ مِنَ الْمَسْجِدِ ، نَعَمْ إِنْ كَانَتْ مِلْكاً اِسْتَأْذَنَ مَالِكَهَا. (بغية المسترشدين،  صـ  49)
Comments

0 komentar:

Posting Komentar