a.
Deskripsi Masalah
Zakat fitrah adalah
suatu ibadah yang tidka bisa dipisahkan dengan adanya blan Romadhon sebab zakat
tersebut merupakan sarat kesempurnaan terhadap nilai pahala puasa yang telah
dekerjakan selama sebulan penuh pada bulan
itu. Sebagai wujud partisiapasi terhadap
terseleng garakannya zakat figra aga r bisa berjalan denan optimal banyak kalangan lembaga-lembaga terutama
lembaga sekolah melaluil panitia-panitia yang mereka bentuk menawarkan jasa untuk mengumpulkan dan
mendistribusikan zakat tersebutkepa pihk yang menerima zakat akan tetapi dalam
prakteknya sering dijumpai adanya
keganjalan-keganjalan dan penyeleweng yang diantranya adalh sebagai berikut:
ü Terkadang
pihak sekolah mewajibkan para siwanya untuk memberikan zakat tersebut pada
sekolah dengan berbagai sangsi dan dan ancaman bila tidak diidakan
ü Para
siswa dianjurkan untuk membaya dalam bentuk uang bukan beras
ü Terkadang
zakat tersebut didistribusikan untuk kepentingan sekolah untuk membaya guru karyawan pembangunan gedung dll.
ü Terkadang
pengumpulannya sebelum Romadhan
ü Dll.
b.
Pertanyaan:
1.
Bisakah panitia yang dibentuk lembaga
sekolah di atas disebut Amil dan bisakha menerima zakat?
2.
Bagaimana hukumnya bagi pihak sekolah
yang memberikan sangsi atau ancaman tertentu terhadap siswanya yang tidka mau
membayarkan zakat nya pada sekolah?
3.
Bolehkah membayar zakat fitrahyang
dikumpulkan sebelum bulan Ramadhan dan bagaimana dengan niatnya?
c.
Jawaban:
1.
Panitia tersebut tidak bisa disebut
sebagai Amil bila tidak mendapat rekomdasi dari pemerintah(imam) sehingga dia
tidak berak menerima zakat atas nama sebagai Amil
2.
Tidak dibenarkan karena pihak sekolah
tidak mempunyai wilayah ta’zir terhadap siswany a pada kesalahan-kesalaha yang
tidak ada kaitannya dengan proses belajar mengajar.
3.
Mengeluarkan zakat fitra dalam berntuk
qimah (uang) dan mengumpukan zakat fira sebelum rmadhon menurut Madzab
Syafi’iya tidak diperbolehkan. Sedang menurut
madzah Hanafiya diperbolehkan dengan tatacara dan ketentuan sebagai berikut:
ü Niat
dilaksanakank pada saat membgerikan kepada mustahiq AmilWakil ataupun pada saat
zakat sudah ditangan mustahiq selama harta zakat tetsebut masih utuh.
ü Kalkulasi
nilai zakat Fitra menggunakan standar harga jenis makanan yang telah detentukan
dalam nash hadist sebagai zakat fitra (1 sho’ kurma 1 syo’ 1 syo’ syair 1 sho’ anggur atau setengah sho’ burr)
ü Yang
dibuat standar dalam harga adalah harga yang berkau pada saat mengeluarkan
zakat dan memakai standar harga di daerah keberadaaan harta zakat.
ü Menurut
versikita fiqh Islami ( I sho’ gandum = 8 Ritl Iraqi 1 Ritle -30 Dirham = 380 gram jadi 8 RITL GANDUM = Fahul Qodir 1Sho’ = 4
683
ü Sedangkan
menurut versikitab Fathul Qorib = 1
Sho’ =4683
d.
Rujukan:
وَعِباَرَةُ اْلكُرْدِيِّ اْلعَامِلُ
مَنْ نَصَبَهُ اْلإمَامُ فِي أَخْذِ اْلعُمَالَةِ مِنَ اّلصَدَقَاتِ فَلَوِ اسْتَأْجَرَهُ
مِنْ بَيْتِ اْلَمالِ أو جَعَلَ لَهُ جُعْلًا لَمْ يُأخَذْ مِنَ اّلزَكَاةِ. (إعانة
الطالبين , جـ 2/ صـ 190)
وَقَضِيَّةُ كَلَامِهِ أَنَّهُ لَا
يَسْتَوْفِيهِ إلَّا الْإِمَامُ ، وَاسْتُثْنِيَ مِنْهُ مَسَائِلُ الْأُولَى : لِلْأَبِ
وَالْأُمِّ ضَرْبُ الصَّغِيرِ وَالْمَجْنُونِ زَجْرًا لَهُمَا عَنْ سَيِّئِ الْأَخْلَاقِ
وَإِصْلَاحًا لَهُمَا قَالَ شَيْخُنَا : وَمِثْلُهُمَا السَّفِيهُ ، وَعِبَارَةُ الدَّمِيرِيِّ
: وَلَيْسَ لِلْأَبِ تَعْزِيرُ الْبَالِغِ وَإِنْ كَانَ سَفِيهًا عَلَى الْأَصَحِّ
، وَتَبِعَهُ ابْنُ شُهْبَةَ الثَّانِيَة لِلْمُعَلِّمِ أَنْ يُؤَدِّبَ مَنْ يَتَعَلَّمُ
مِنْهُ ، لَكِنْ بِإِذْنِ الْوَلِيِّ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ ، وَإِنْ قَالَ الْأَذْرَعِيُّ
: الْإِجْمَاعُ الْفِعْلِيُّ مُطَّرِدٌ بِذَلِكَ مِنْ غَيْرِ إذْنٍ. (مغني المحتاج
إلى معرفة ألفاظ المنهاج, جـ 17/ صـ 130)
وَلَهُ تَعْجِيلُ الْفِطْرَةِ مِنْ
أَوَّلِ ) لَيْلَةِ ( رَمَضَانَ ) ؛ لِأَنَّهَا وَجَبَتْ بِسَبَبَيْنِ وَهُمَا الصَّوْمُ
وَالْفِطْرُ فَجَازَ تَقْدِيمُهَا عَلَى أَحَدِهِمَا ؛ وَلِأَنَّ التَّقْدِيمَ بِيَوْمٍ
أَوْ يَوْمَيْنِ جَائِزٌ بِاتِّفَاقِ الْمُخَالِفِ فَأُلْحِقَ الْبَاقِي بِهِ قِيَاسًا
بِجَامِعِ إخْرَاجِهَا فِي جُزْءٍ مِنْهُ ( وَالصَّحِيحُ مَنْعُهُ ) أَيْ التَّعْجِيلِ
( قَبْلَهُ ) أَيْ رَمَضَانَ ؛ لِأَنَّهُ تَقْدِيمٌ عَلَى السَّبَبَيْنِ .وَالثَّانِي
: يَجُوزُ ؛ لِأَنَّ وُجُودَ الْمُخْرَجِ عَنْهُ فِي نَفْسِهِ سَبَبٌ. (مغني المحتاج
إلى معرفة ألفاظ المنهاج , جـ 5/ صـ 141)
قال الحنفية : تَجِبُ زَكَاةُ اْلفِطْرِ
مِنْ أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ -اِلَى أَنْ قَالَ- دَفْعُ اْلقِيْمَةِ عِنْدَهُمْ: يَجُوزُ
عِنْدَ اْلحَنَفِيَةِ أَنْ يُعْطِيَ عَنْ جَمِيْعِ ذَلِكَ اْلقِيْمَةِ دَرَاهِمَ أو
دَنَانِيْرَ أو فُلُوْساً أو عُرُوْضاً أو مَا شاَء؛ لِأَنَّ اْلوَاجِبَ فِي اْلحَقِيْقَةِ
إِغْنَاءُ اْلفَقِيْرِ، لقوله صلّى الله عليه وسلم : «أَغْنُوْهُمْ عَنِ اْلمَسْأَلَةِ
فِي مِثْلِ هَذَا اْليَوْمِ» وَاْلإِغْنَاءُ يَحْصُلُ بِاْلقِيْمَةِ، بل أَتَمَّ وَأَوْفَرَ وَأَيْسَرَ؛ لِأَنّهَا أَقْرَبُ إِلَى
دَفْعِ اْلحَاجَةِ، فَيَتَبَيَّنُ أَنَّ اّلَنصَّ مُعَلَّلٌ بِالْإِغْنَاءِ. (الفقه
الإسلامي وأدلته , جـ 3/ صـ 383)
Sumber Hasil Musyawaroh Santri Sidogiri