Selasa, 21 April 2015

Filled Under:

FENOMENA ZAKAT FITRAH PADA SUATU LEMBAGA


a.      Deskripsi Masalah
Zakat fitrah adalah suatu ibadah yang tidka bisa dipisahkan dengan adanya blan Romadhon sebab zakat tersebut merupakan sarat kesempurnaan terhadap nilai pahala puasa yang telah dekerjakan selama  sebulan penuh pada bulan itu. Sebagai wujud partisiapasi  terhadap terseleng garakannya zakat figra aga r bisa berjalan denan optimal  banyak kalangan lembaga-lembaga terutama lembaga sekolah melaluil panitia-panitia yang mereka bentuk  menawarkan jasa untuk mengumpulkan dan mendistribusikan zakat tersebutkepa pihk yang menerima zakat akan tetapi dalam prakteknya  sering dijumpai adanya keganjalan-keganjalan dan penyeleweng yang diantranya  adalh sebagai berikut:
ü  Terkadang pihak sekolah mewajibkan para siwanya untuk memberikan zakat tersebut pada sekolah dengan berbagai sangsi dan dan ancaman bila tidak diidakan 
ü  Para siswa dianjurkan untuk membaya dalam bentuk uang bukan beras
ü  Terkadang zakat tersebut didistribusikan untuk kepentingan sekolah  untuk membaya guru karyawan  pembangunan gedung dll.
ü  Terkadang pengumpulannya sebelum Romadhan
ü  Dll.
b.      Pertanyaan:
1.      Bisakah panitia yang dibentuk lembaga sekolah di atas disebut Amil dan bisakha menerima zakat?
2.      Bagaimana hukumnya bagi pihak sekolah yang memberikan sangsi atau ancaman tertentu terhadap siswanya yang tidka mau membayarkan zakat nya pada sekolah?
3.      Bolehkah membayar zakat fitrahyang dikumpulkan sebelum bulan Ramadhan dan bagaimana dengan niatnya?
c.      Jawaban:
1.      Panitia tersebut tidak bisa disebut sebagai Amil bila tidak mendapat rekomdasi dari pemerintah(imam) sehingga dia tidak berak menerima zakat atas nama sebagai Amil
2.      Tidak dibenarkan karena pihak sekolah tidak mempunyai wilayah ta’zir terhadap siswany a pada kesalahan-kesalaha yang tidak ada kaitannya dengan proses belajar mengajar.
3.      Mengeluarkan zakat fitra dalam berntuk qimah (uang) dan mengumpukan zakat fira sebelum rmadhon menurut Madzab Syafi’iya tidak diperbolehkan. Sedang  menurut madzah Hanafiya diperbolehkan dengan tatacara dan ketentuan sebagai berikut:
ü  Niat dilaksanakank pada saat membgerikan kepada mustahiq AmilWakil ataupun pada saat zakat sudah ditangan mustahiq selama harta zakat tetsebut masih utuh.  
ü  Kalkulasi nilai zakat Fitra menggunakan standar harga jenis makanan yang telah detentukan dalam nash hadist sebagai zakat fitra (1 sho’ kurma 1 syo’ 1 syo’   syair 1 sho’ anggur atau setengah sho’ burr)
ü  Yang dibuat standar dalam harga adalah harga yang berkau pada saat mengeluarkan zakat dan memakai standar harga di daerah keberadaaan harta zakat.
ü  Menurut versikita fiqh Islami ( I sho’ gandum = 8 Ritl Iraqi  1 Ritle -30 Dirham = 380 gram  jadi 8 RITL GANDUM = Fahul Qodir 1Sho’ = 4 683
ü  Sedangkan menurut versikitab Fathul Qorib = 1      Sho’ =4683  
d.      Rujukan:
وَعِباَرَةُ اْلكُرْدِيِّ اْلعَامِلُ مَنْ نَصَبَهُ اْلإمَامُ فِي أَخْذِ اْلعُمَالَةِ مِنَ اّلصَدَقَاتِ فَلَوِ اسْتَأْجَرَهُ مِنْ بَيْتِ اْلَمالِ أو جَعَلَ لَهُ جُعْلًا لَمْ يُأخَذْ مِنَ اّلزَكَاةِ. (إعانة الطالبين , جـ 2/ صـ 190)
وَقَضِيَّةُ كَلَامِهِ أَنَّهُ لَا يَسْتَوْفِيهِ إلَّا الْإِمَامُ ، وَاسْتُثْنِيَ مِنْهُ مَسَائِلُ الْأُولَى : لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ضَرْبُ الصَّغِيرِ وَالْمَجْنُونِ زَجْرًا لَهُمَا عَنْ سَيِّئِ الْأَخْلَاقِ وَإِصْلَاحًا لَهُمَا قَالَ شَيْخُنَا : وَمِثْلُهُمَا السَّفِيهُ ، وَعِبَارَةُ الدَّمِيرِيِّ : وَلَيْسَ لِلْأَبِ تَعْزِيرُ الْبَالِغِ وَإِنْ كَانَ سَفِيهًا عَلَى الْأَصَحِّ ، وَتَبِعَهُ ابْنُ شُهْبَةَ الثَّانِيَة لِلْمُعَلِّمِ أَنْ يُؤَدِّبَ مَنْ يَتَعَلَّمُ مِنْهُ ، لَكِنْ بِإِذْنِ الْوَلِيِّ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ ، وَإِنْ قَالَ الْأَذْرَعِيُّ : الْإِجْمَاعُ الْفِعْلِيُّ مُطَّرِدٌ بِذَلِكَ مِنْ غَيْرِ إذْنٍ. (مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج, جـ 17/ صـ 130)
وَلَهُ تَعْجِيلُ الْفِطْرَةِ مِنْ أَوَّلِ ) لَيْلَةِ ( رَمَضَانَ ) ؛ لِأَنَّهَا وَجَبَتْ بِسَبَبَيْنِ وَهُمَا الصَّوْمُ وَالْفِطْرُ فَجَازَ تَقْدِيمُهَا عَلَى أَحَدِهِمَا ؛ وَلِأَنَّ التَّقْدِيمَ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ جَائِزٌ بِاتِّفَاقِ الْمُخَالِفِ فَأُلْحِقَ الْبَاقِي بِهِ قِيَاسًا بِجَامِعِ إخْرَاجِهَا فِي جُزْءٍ مِنْهُ ( وَالصَّحِيحُ مَنْعُهُ ) أَيْ التَّعْجِيلِ ( قَبْلَهُ ) أَيْ رَمَضَانَ ؛ لِأَنَّهُ تَقْدِيمٌ عَلَى السَّبَبَيْنِ .وَالثَّانِي : يَجُوزُ ؛ لِأَنَّ وُجُودَ الْمُخْرَجِ عَنْهُ فِي نَفْسِهِ سَبَبٌ. (مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج , جـ 5/ صـ 141)

قال الحنفية : تَجِبُ زَكَاةُ اْلفِطْرِ مِنْ أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ -اِلَى أَنْ قَالَ- دَفْعُ اْلقِيْمَةِ عِنْدَهُمْ: يَجُوزُ عِنْدَ اْلحَنَفِيَةِ أَنْ يُعْطِيَ عَنْ جَمِيْعِ ذَلِكَ اْلقِيْمَةِ دَرَاهِمَ أو دَنَانِيْرَ أو فُلُوْساً أو عُرُوْضاً أو مَا شاَء؛ لِأَنَّ اْلوَاجِبَ فِي اْلحَقِيْقَةِ إِغْنَاءُ اْلفَقِيْرِ، لقوله صلّى الله عليه وسلم : «أَغْنُوْهُمْ عَنِ اْلمَسْأَلَةِ فِي مِثْلِ هَذَا اْليَوْمِ» وَاْلإِغْنَاءُ يَحْصُلُ بِاْلقِيْمَةِ، بل أَتَمَّ      وَأَوْفَرَ وَأَيْسَرَ؛ لِأَنّهَا أَقْرَبُ إِلَى دَفْعِ اْلحَاجَةِ، فَيَتَبَيَّنُ أَنَّ اّلَنصَّ مُعَلَّلٌ بِالْإِغْنَاءِ. (الفقه الإسلامي وأدلته , جـ 3/ صـ 383)

Sumber Hasil Musyawaroh Santri Sidogiri
Comments

0 komentar:

Posting Komentar